[ad_1]
Perusahaan itu menyebut usaha mereka sebagai upcycle, bukan recycle, karena mengubah limbah yang tidak berguna, atau tidak diinginkan, menjadi produk baru yang memiliki nilai lebih, tidak hanya secara artistik tapi juga bersahabat pada lingkungan.
Mereka memanfaatkan, contohnya, bungkus wafer atau bungkus biskuit, sebagai bahan dasar tas tangan. Sampah-sanpah plastik itu terlebih dahulu disanitasi, dicuci, dan dikeringkan, untuk kemudian dipisahkan berdasarkan ketebalan dan warnanya.
Sampah plastik itu kemudian diolah dan dipotong menjadi lembaran-lembaran panjang, dan kemudian dianyam menjadi bahan untuk membuat tas tangan.
Nandan Bhat, pendiri EcoKaari, mengatakan, “Di EcoKaari, kami menjalankan dua misi dasar, salah satunya adalah melestarikan lingkungan dengan mendaur ulang plastik sekali pakai seperti bungkus biskuit, bungkus keripik, bungkus kado, dan bungkus paket perdagangan elektronik. Kami juga sudah mulai menggunakan kaset video bekas. Misi kedua kami adalah memberdayakan perempuan dan pemuda dengan menyediakan mereka pekerjaan.”
Tas tangan, ransel, dompet, tas botol, dan tas selempang adalah beberapa produk yang ditawarkan oleh perusahaan rintisan yang sadar lingkungan ini.
India mengumumkan larangan plastik sekali pakai pada 1 Juli tahun lalu untuk mengurangi efek berbahaya dari plastik pada lingkungan dan kehidupan manusia.
Larangan tersebut, bagaimanapun, juga mempersulit penduduk setempat dalam transaksi sehari-hari karena mereka tidak memiliki alternatif yang layak selain tas jinjing plastik.
Pemerintah India pernah memberlakukan larangan serupa pada plastik sekali pakai pada 2019. Rencana itu dibatalkan karena dianggap terlalu merugikan perusahaan kebutuhan sehari-hari karena sedang menghadapi perlambatan ekonomi dan perampingan perusahaan.
Sampah plastik sangat mengancam lautan dunia. PBB memperkirakan, 100 juta ton sampah plastik dibuang di sana hingga saat ini. Para ilmuwan mengatakan, sampah itu mengancam kehidupan laut. Sampah mikroplastik, hasil penguraian palstik berukuran besar, sering ditemukan dalam usus mamalia laut, seperti paus.
India tidak memiliki sistem yang terorganisir untuk pengelolaan sampah plastik. Membuang sampah secara sembarangan merupakan praktik yang meluas di negara itu.
India adalah negara terpadat kedua dan penghasil sampah plastik terbesar keempat di dunia. Menurut UNDP (Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa), India memproduksi 14 juta ton plastik setiap tahun. Dari jumlah tersebut, hanya 25 persen yang didaur ulang. [ab/uh]
[ad_2]