[ad_1]
JPMorgan Chase menggugat sebuah perusahaan startup bernama Frank karena menggunakan konsumen palsu untuk mendongkrak pendapatan dengan tujuan agar JP Morgan Chase membeli startup tersebut.
Sebuah startup bernama Frank didirikan oleh CEO terdahulunya bernama Charlie Javice pada tahun 2016.
Startup ini menawarkan software yang ditujukan untuk meningkatkan proses pengajuan student loan atau pinjaman pelajar bagi kaum muda AS yang membutuhkan.
Gagasan ini bertujuan untuk membangun startup menjadi “Amazon bagi pendidikan tinggi” dan mendapat dukungan miliarder Marc Rowan yang menjadi investor utama Frank.
JPMorgan Gugat Frank
Forbes memberitakan bahwa gugatan JPMorgan kepada Frank diajukan akhir tahun 2022 lewat Pengadilan Distrik AS di Delaware.
Dalam gugatan mengklaim bahwa Charlie Javice berbohong pada JPMorgan di 2021 mengenai lebih dari 4 juta users sudah mendaftar untuk menggunakan produk Frank.
Ketika JPMorgan meminta bukti selama uji tuntas, Javice diduga membuat daftar besar pelanggan palsu yang didalamnya termasuk daftar nama, alamat, tanggal lahir, dan informasi pribadi lainnya untuk 4,265 juta ‘siswa’ yang sebenarnya tidak ada.
Baca Juga: JPMorgan Gugat Tesla Sebesar Rp 2,3 Triliun, Ada Apa?
Pada kenyataannya, menurut gugatan tersebut, Frank memiliki kurang dari 300.000 akun users saat itu.
“Javice pertama kali menolak permintaan JPMorgan Chase (JPMC), dengan alasan bahwa dia tidak dapat membagikan daftar pelanggannya karena masalah privasi,” lanjut gugatan tersebut.
“Setelah JPMC bersikeras, Javice memilih untuk menemukan beberapa juta akun pelanggan Frank dari seluruh jaringan.”
Keluhan tersebut mencakup tangkapan layar presentasi yang diberikan Javice kepada JPMorgan yang menggambarkan pertumbuhan Frank dan mengklaimnya memiliki lebih dari 4 juta users.
Chief Growth Officer Frank, Olivier Amar, juga disebutkan dalam pengaduan gugatan JPMorgan. Dituduhkan bahwa Javice dan Amar pertama kali meminta seorang engineer top di Frank untuk membuat daftar pelanggan palsu.
Saat engineer itu menolak, Javice mendekati seorang profesor ilmu data di perguruan tinggi area New York City untuk membantu.
Dengan menggunakan data dari beberapa individu yang sudah mulai menggunakan Frank, dia membuat 4,265 juta akun pelanggan palsu. Javice membayarnya US$18.000.
Keluhan tersebut mencakup tangkapan layar dari faktur profesor dan klaim bahwa Javice berusaha keras untuk memastikan dokumentasi pekerjaan ini dihancurkan atau diubah.
Amar, sementara itu, menghabiskan US$105.000 untuk membeli kumpulan data terpisah dari 4,5 juta siswa dari firma ASL Marketing. Amar dan ASL Marketing belum menanggapi permintaan komentar.
Ini semua dilakukan Frank agar sukses pitching JPMorgan Chase sehingga mereka mau membeli perusahaan tersebut.
Pada akhirnya JPMorgan mengakuisisi Frank, Javice dan Amar tentu jadi karyawannya. Namun JPMorgan menemukan kejanggalan dan mengajukan tuntutan.
Di lain sisi Javice mengajukan tuntutan balik karena merasa JPMorgan sedang coba untuk menyalahi kesepakatan dengan mencari-cari alasan.
Baca Juga: JPMorgan Akuisisi Perusahan Investasi Hutan Campbell Global, Ini Tujuannya
Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.
[ad_2]
BACA Selengkapnya KLIK DISNI