Ketika Meragukan Kesuksesan Sendiri – kbr.id

Avatar photo

- Editor

Rabu, 3 Mei 2023 - 14:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

[ad_1]

Disko (Diskusi Psikologi)

Disko (Diskusi Psikologi)

HalloKampus.com, Jakarta- Pernah enggak sih merasa diri tidak mendapatkan suatu achievement? Atau merasa apapun yang kamu lakukan selalu kurang? Hati-hati ya, bisa jadi itu imposter syndrome.

Kita kenalan dengan imposter syndrome yuk. Melansir laman Alodokter dari Kementerian Kesehatan, imposter syndrome adalah istilah yang menggambarkan pola perilaku seseorang yang sering kali meragukan atau bahkan merasa tidak pantas meraih pencapaian dan kesuksesannya sendiri. Imposter syndrome merupakan kondisi psikologis, tetapi tidak termasuk dalam gangguan mental.

Baca juga:

– Tercapit Mentalitas Kepiting

– Menyoal Kasus TikToker Asal Lampung yang Dilaporkan Pakai UU ITE

– Ketakutan Setengah Mati akan Kematian

Ini nih tanda-tandanya:

  • Sering meragukan kemampuan diri sendiri
  • Sering mengaitkan kesuksesan dan pencapaian dengan faktor eksternal
  • Tidak mampu menilai kompetensi dan keterampilan diri secara objektif
  • Merasa takut akan gagal suatu hari nanti
  • Merasa kecewa hingga frustrasi ketika tidak mampu memenuhi standar yang ditetapkan sendiri.

Apa Bahayanya?

Dosen tetap Prodi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya, Veronnica Anastasia Melany Kaihatu, S.Psi., M.Si menyebut imposter syndrome mampu membuat seseorang terhanyut dalam ketakutan-ketakutan atau standar-standar kesempurnaan versi dirinya. Bahkan membuat seseorang jadi overthinking.

“Jadi misalnya gini, manajer itu menurut saya itu mesti a b c d e f g h i j gitu kan yah. Yang perfect tuh kayak gitu. Saya itu enggak nyampe situ. Kalau enggak sampai J nanti berantakan, nanti ya gitu. Nanti gini, nanti gitu, nanti apa. Kalau ada tugas kayak gini enggak bisa, bla bla bla bla bla bla bla. Jadi berpikirnya, mungkin bisa nyambung dengan berpikir berlebihan. Ingin perfect, jadi overthinking gitu. Berpikirnya berlebihan dan kemudian mengganggu. Karena semua ancaman yang belum nyata itu, sudah dipikirkan dari sekarang. Nanti nanti nanti gitu,” pungkasnya.

Tapi nih, imposter syndrome itu berbeda ya dengan humble atau rendah hati. Menurut Veronnica, imposter membuat seseorang merasa, kalau dia melanjutkan jabatan atau hal yang dilakukannya saat ini akan berujung pada kehancuran atau berakhir tidak baik. Meskipun apa yang dihasilkannya selama ini telah diakui banyak orang.

“Nah beda kan. Kalau tadi humble itu kan merasa bahwa ini kerja tim, saya bagian dari situ. Kalau yang imposter enggak, saya tuh enggak pantes. Kayak gimana ya? Kalau misalnya enggak pantes itu kan berarti, kan mestinya saya enggak dapetin, tapi mestinya orang lain. Jadi bukan saya. Kalau misalnya saya diterusin nih, entar ancurkan, gitu pemikiran di belakangnya. Itu entar kalau misalnya tetap saya, entar ancur nih gitu. Karena orangnya sebetulnya tidak percaya diri dengan kemampuan,” ungkapnya.

Lebih lengkapnya soal imposter syndrome. Yuk kita dengarkan podcast Diskusi Psikologi (Disko) di link berikut ini:

Tapi kamu juga bisa mendengarkannya melalui aplikasi spotify di link berikut ini:

[ad_2]

Berita Terkait

Tiongkok Merespons Pengenaan Tarif 10 Persen untuk Barang Impor dari Tiongkok ke AS, Mulai 1 Februaru 2025
Bahlil Lahadalia Tanggapi Soal Kabar 7 Jatah Menteri yang Diberikan Presiden Prabowo Subianto
FOMO dan Bahaya Narkoba: Materi Penyuluhan dari YR KOBRA JATIM
Muda-Mudi Fest Bekasi 2023: Festival Musik yang Wajib Kamu Saksikan!
Elit Politik PDI Perjuangan akan Berkunjung ke Kantor DPP PAN Sebagai Tindak Lanjut Pertemuan Politik Antar Partai
Tingkatkan Atmosfer Akademik, ITB Laksanakan Program TPB di Kampus Jatinangor | Hallo Kampus
Universitas Jember Jajagi Kerjasama Dengan PT. Syngenta Indonesia – Universitas Jember | Hallo Kampus
Cita-Cita Naik Haji? Nabung sejak Dini!
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Senin, 14 Oktober 2024 - 21:50 WIB

Bahlil Lahadalia Tanggapi Soal Kabar 7 Jatah Menteri yang Diberikan Presiden Prabowo Subianto

Jumat, 16 Februari 2024 - 22:33 WIB

FOMO dan Bahaya Narkoba: Materi Penyuluhan dari YR KOBRA JATIM

Sabtu, 7 Oktober 2023 - 10:20 WIB

Muda-Mudi Fest Bekasi 2023: Festival Musik yang Wajib Kamu Saksikan!

Senin, 5 Juni 2023 - 13:26 WIB

Elit Politik PDI Perjuangan akan Berkunjung ke Kantor DPP PAN Sebagai Tindak Lanjut Pertemuan Politik Antar Partai

Sabtu, 6 Mei 2023 - 03:56 WIB

Tingkatkan Atmosfer Akademik, ITB Laksanakan Program TPB di Kampus Jatinangor | Hallo Kampus

Jumat, 5 Mei 2023 - 22:37 WIB

Universitas Jember Jajagi Kerjasama Dengan PT. Syngenta Indonesia – Universitas Jember | Hallo Kampus

Jumat, 5 Mei 2023 - 22:00 WIB

Cita-Cita Naik Haji? Nabung sejak Dini!

Jumat, 5 Mei 2023 - 21:55 WIB

17.216 Peserta Akan Mengikuti UTBK di ITB | Hallo Kampus

Berita Terbaru