[ad_1]
Banjir bandang melanda Kecamatan Ngantang Kab. Malang disebabkan hujan deras sejak dini hari pada Kamis (13/04). Sungai yang kecil tiba-tiba mengalami luapan beserta material kayu dan berdampak pada musala yang tergenang air kurang lebih 10 cm dan pipa air bersih sepanjang 100-200 m hilang terbawa arus. Kebutuhan mendesak mulai banyak dicari seperti alat berat untuk membersihkan material kayu pada sungai, air bersih, dan pipanasi. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun aktivitas warga menjadi terhambat karena akses jalan yang dipenuhi air sungai yang meluap.
Menanggulangi hal di atas, TRCC (Tim Reaksi Cepat Cakrawala) UM (Universitas Negeri Malang) mengupayakan assessment (kaji cepat) pada lokasi bencana dan berkoordinasi dengan Bina Marga Provinsi untuk pembersihan material sisa-sisa banjir bandang. Berdasarkan penuturan Kepala PLMK (Pusat Lingkungan, Mitigasi, dan Kebencanaan) UM, Yudha Irawan S.Pd., M.Pd., M.Sc., wilayah terdampak memang memiliki potensi banjir dan longsor.
“Dari lokasi ini terutama medan yang curam. Wilayah ini apabila kita lihat berada di sisi Utara-Timur Gunung Kelud, khususnya di Wilayah Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Secara morfologi wilayah ini memang rawan terhadap kejadian longsor dan banjir bandang” tuturnya
Berdasarkan hasil assessment yang ada, air bersih menjadi kebutuhan pokok dan sangat krusial bagi warga terdampak. Oleh karena itu, TRCC UM dengan sigap berkoordinasi dengan pihak Rumah Tangga (RT) UM untuk mengirimkan satu unit tanki air. Hal tersebut untuk menyuplai warga yang membutuhkan air bersih. Pukul 16.00 WIB armada diberangkatan dan pukul 19.00 WIB air bersih langsung didistribusikan. Pada putaran pertama dan kedua distribusi dilakukan di dusun Ngantru dan secara garis besar berjalan dengan lancar sehingga semua warga mendapatkan air dari tim TRCC UM.
Kepala PLMK juga menambahkan riwayat lokasi banjir bandang serta kesigapan warga dalam menghadapi bencana.
“Dari pengalaman terdahulu wilayah ini sempat terdampak erupsi Kelud Tahun 2014, namun berupa jatuhan abu vulkanik Kelud. Yang pernah mengalami banjir bandang seperti ini ada desa tetangganya yaitu Pandansari sehingga sebenarnya warga telah memiliki pengetahuan dan pengalaman terkait kejadian bencana. Akan tetapi, kewaspadaan dan kesiapsiagaan warga ketika menghadapi ancaman bencana yang terjadi secara tiba-tiba perlu ditingkatkan” ucap Kepala PLMK.
Selain penanggulangan bencana oleh TRCC UM, Kepala PLMK menyatakan terdapat tindakan prefentif lain berupa rencana edukasi kepada masyarakat serta perbaikan lingkungan terhadap wilayah bencana.
“Saat ini kami di PLMK UM sedang menyiapkan kurikulum tanggap dan tangguh bencana. Sementara untuk teknis di lapangan BPBD Kab. Malang beserta masyarakat cukup sigap dengan situasi kedaruratan bencana. Saya tidak terjun langsung ke lapangan. Menurut saya lesson learned dari setiap kejadian bencana baik di masa lampau maupun prediksi di masa depan untuk wilayah ini sangat penting demi meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesiapsiagaan dan manajemen risiko bencana. Ke depannya tim PLMK UM akan membantu untuk kajian tim kaji cepat cerdas antisipasi dan kurangi risiko bencana khususnya untuk wilayah Malang Raya” pungkas Bapak Listyo.
Pewarta: Nahdiatul Affandiah -Internship Humas UM
[ad_2]